Budaya Organisasi - Budaya atau kebudayaan datang dari bahasa Sanskerta yakni buddhayah, yang disebut wujud jamak dari buddhi (budi atau akal), hingga bisa disimpulkan jika budaya atau kebuadayaan sebagai segalanya yang terkait dengan budi atau akal manusia. Budaya atau kebudayaan disebutkan culture, yang dari kata Latin Colere, yakni memproses atau kerjakan. Dapat disimpulkan sebagai memproses tanah atau bertani. Kata culture terkadang ditranslate sebagai "kultur" dengan bahasa Indonesia.
Dan Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah satu barisan orang pada suatu tempat untuk maksud bersama. Menurut James D. Mooney dalam Ratna Wilis (1996), menyampaikan jika organisasi adalah wujud tiap federasi manusia untuk capai arah bersama. Dengan begitu budaya organisasi bisa disimpulkan sebagai beberapa hal yang terkait dengan budi baik manusia dalam sebuah federasi atau satu kelompok yang dibuat atas dasar arah bersama.
Budaya Organisasi |
Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah mekanisme yang dipercaya dan nilai yang diperkembangkan oleh organisasi di mana hal tersebut membimbing sikap dari anggota organisasi tersebut.
Menurut Tosi, Rizzo, Carroll sama seperti yang diambil oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah beberapa cara berpikiran, berperasaan dan bereaksi berdasar pola-pola tertentu yang ada pada organisasi atau yang ada di beberapa bagian organisasi.
Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah satu pemahaman bersama yang diyakini oleh anggota-anggota organisasi itu.
Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah skema dasar yang terterima oleh organisasi untuk melakukan tindakan dan pecahkan permasalahan, membuat pegawai yang sanggup menyesuaikan dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Karena itu harus diberikan ke anggota terhitung anggota yang baru sebagai satu langkah yang betul dalam membahas, berpikiran dan rasakan permasalahan yang ditemui.
Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi sebagai mekanisme nilai organisasi dan akan memengaruhi langkah tugas dilaksanakan dan langkah beberapa pegawai berperangai. Bisa diambil kesimpulan jika yang diartikan dengan budaya organisasi dalam riset ini adalah mekanisme nilai organisasi yang diyakini oleh anggota organisasi, yang selanjutnya memengaruhi langkah bekerja dan berperangai dari beberapa anggota organisasi.
Schein (1992) melihat budaya organisasi sebagai satu skema asumsi-asumsi fundamental yang dimengerti bersama dalam sebuah organisasi khususnya dalam pecahkan beberapa masalah yang ditemui. Pola-pola itu jadi suatu hal yang jelas dan disosialisasikan ke anggota-anggota baru dalam organisasi.
Asal Muasal Budaya Organisasi
Rutinitas, adat, dan langkah umum saat lakukan segala hal yang berada di sebuah organisasi sekarang ini sebagai hasil atau akibatnya karena yang sudah dilaksanakan awalnya dan berapa besar keberhasilan yang sudah dicapainya pada periode kemarin. Ini ke arah pada sumber paling tinggi budaya sebuah organisasi: beberapa pendirinya.
Secara tradisionil, pendiri organisasi mempunyai dampak besar pada budaya awalnya organisasi itu. Pendiri organisasi tidak mempunyai masalah karena rutinitas atau ideologi awalnya. Ukuran kecil yang umumnya mencirikan organisasi baru lebih jauh mempermudah pendiri memaksa misi mereka pada semua anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi dalam tiga langkah.
Pertama, pendiri cuma mengambil dan menjaga pegawai yang sepikiran dan seperasaan sama mereka. Ke-2 , pendiri lakukan indoktrinasi dan mensosialisasikan langkah berpikir dan berperangainya ke pegawai. Paling akhir, sikap pendiri sendiri bertindak selaku mode peranan yang menggerakkan pegawai untuk mengenali diri dan, dengan begitu, menginternalisasi kepercayaan, nilai, dan anggapan pendiri itu.
Jika organisasi capai keberhasilan, misi pendiri lalu dilihat sebagai factor pemasti khusus kesuksesan itu. Di titik ini, semua personalitas beberapa pendiri jadi menempel dalam budaya organisasi.
Baca Juga: Integritas
Unsur-Unsur Pembentuk Budaya Organisasi
Setuju dan Kennedy (1982) membagikan lima elemen pembentuk budaya yakni :
Lingkungan Usaha
lingkungan di mana perusahaan itu bekerja akan tentukan apa yang perlu ditangani oleh perusahaan itu untuk capai kebrhasilan.
Nilai-nilai
sebagai ide dasar dan kepercayaan dari satu organisasi.
Panutan
beberapa orang sebagai anutan atau panutan pegawai yang lain karena kesuksesannya.
Ritus
beberapa acara ritus yang diadakan oleh perusahaan dalam rencana memberi penghargaan pada pegawainya.
Jaringan Budaya
jaringan komunikasi tidak resmi di perusahaan yang bisa jadi fasilitas penebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.
Eugene McKenna dan Nic Beech (2000) membagikan budaya organisasi atau budaya perusahaan atas beberapa elemen pembentuk, yakni :
- Filosof, sebagai tutorial penentuan peraturan organisasi baik yang terkait dengan pegawai atau client.
- Nilai-nilai menguasai yang digenggam oleh organisasi.
- Etika-etika yang diaplikasikan dalam bekerja.
- Ketentuan main untuk berhubungan dengan baik pada organisasi yang perlu didalami oleh anggota baru agar diterima oleh organisasi.
- Perilaku ciri khas tertentu dalam berhubungan yang teratur dilaksanakan.Hati atau situasi yang dibuat dalam organisasi.
Kuat dan Kurang kuatnya Budaya Organisasi
Dalam bukunya, Tika (2006:108) mengatakan pemahaman budaya organisasi yang kuat oleh beberapa pakar seperti berikut :
Robbin (1997). Budaya organisasi kuat adalah budaya di mana nilai-nilai pokok organisasi digenggam secara intens dan diyakini bersama secara semakin makin tambah meluas anggota organisasi.
Rahman (1994) menyampaikan jika beberapa organisasi yang meningkatkan budaya organisasi yang kuat dan positif jika mereka hadapi tantangan-tantangan atau ancaman-ancaman dari lingkungan external.
Menurut S.P Robbin (1997) budaya organisasi kuat adalah budaya di mana nilai-nilai pokok organisasi digenggam secara intens dan diyakini bersama secara semakin makin tambah meluas anggota organisasi.
Ada dua Factor yang Tentukan Kemampuan Budaya Organisasi, yakni Kebersama-samaan dan Intensif.
Beberapa ciri Budaya Organisasi Kuat adalah seperti berikut:
- Anggota-anggota organisasi setia ke organisasi.
- Dasar berlagak laris untuk beberapa orang di perusahaan digariskan secara jelas, dipahami, dipatuhi dan dikerjakan oleh beberapa orang di perusahaan hingga beberapa orang yang bekerja jadi benar-benar kohesif.
Fungsi Budaya Organisasi
Ada banyak opini berkenaan peranan budaya organisasi, diantaranya: (dalam Pabundu Tika 2006:13)
Menurut Robbins yakni seperti berikut:
- Berperanan memutuskan batas.
- Mengantar satu hati identitas untuk anggota organisasi.
- Memudahkan munculnya loyalitas yang bertambah luas dibanding kebutuhan individu seorang.
- Tingkatkan kestabilan sosial karena sebagai perekat sosial yang menolong mempersatukan organisasi.
- Sebagai proses kontrol dan jadi logis yang membantu dan membuat sikap dan sikap beberapa pegawai.
- Karena itu bisa diambil kesimpulan jika budaya organisasi berperan sebagai ruhnya organisasi karena disitu bersemayam filosofi, visi dan misi organisasi yang bila diinternalisasikan oleh semua anggota organisasi bisa menjadi kemampuan untuk organisasi itu untuk berkompetisi atau berkualifikasi.
Nilai-nilai yang diyakini organisasi bukan hanya stop pada jargon, tapi dihayati dan dipastikan dalam perilaku setiap hari secara stabil oleh beberapa orang yang bekerja di perusahaan.
Organisasi memberi tempat khusus ke pahlawan-pahlawan organisasi dan secara struktural membuat berbagai macam tingkat pahlawan.
Ditemui banyak ritus, dimulai dari ritus simpel sampai yang eksklusif.
Mempunyai jaringan kultural yang memuat beberapa cerita kedahsyatan beberapa pahlawan.
Beberapa ciri Budaya Organisasi Kurang kuat adalah seperti berikut:
- Gampang tercipta kelompok-kelompok yang berlawanan keduanya.
- Kesetiaan ke barisan melewati kesetiaan ke organisasi.
- Anggota organisasi tidak enggan-segan mempertaruhkan kebutuhan organisasi untuk kebutuhan barisan atau kebutuhan diri kita.
Demikian tulisan tentang Budaya Organisasi. Semoga Bermanfaat!